Thursday, January 30, 2014

Daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009–2014,

Daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009–2014,

http://id.wikipedia.org

 DKI Jakarta

Nama Partai Daerah pemilihan Komisi
Agus Triono Partai Gerakan Indonesia Raya DKI Jakarta I 8
Saifudin Donodjoyo Partai Gerakan Indonesia Raya DKI Jakarta I 8
muhammad Rashif Fakhira Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta I 8
Andi Anzhar Cakra Wijaya Partai Amanat Nasional DKI Jakarta I 3
R. Adang Ruchiatna Puradiredja Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DKI Jakarta I 8
Tri Yulianto Partai Demokrat DKI Jakarta I 7
Hayono Isman Partai Demokrat DKI Jakarta I 1
Sohibul Iman Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta II 7
Fayakhun Andriadi Partai Golongan Karya DKI Jakarta II 1
Okky Asokawati Partai Persatuan Pembangunan DKI Jakarta II 9
Eriko Sotarduga B.P.S Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DKI Jakarta II 6
Melani Leimena Suharli Partai Demokrat DKI Jakarta II
Nova Riyanti Yusuf Partai Demokrat DKI Jakarta II 9
Nurcahyo Anggorojati Partai Demokrat DKI Jakarta II 9
Harun Al Rasyid Partai Gerakan Indonesia Raya DKI Jakarta III 2
Adang Daradjatun Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta III 3
Achmad Rilyadi Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta III 7
M. Ade Surapriatna Partai Golongan Karya DKI Jakarta III 3
Effendi M.S. Simbolon Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DKI Jakarta III 7
Marzuki Alie Partai Demokrat DKI Jakarta III
Diandra Julio Fadel Partai Demokrat DKI Jakarta III 3
Vera Febyanthy Partai Demokrat DKI Jakarta III 11

Tuesday, January 28, 2014

Mengapa Jokowi Selalu Jadi "Juara"?


Mengapa Jokowi Selalu Jadi "Juara"?
Senin, 26 Agustus 2013 | 12:49 WIB


TRIBUN JAKARTA/JEPRIMA Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo hadir di kawasan Bundaran Hotel Indonesia saat Car Free Night dalam rangka gelaran Jakarta Night Festival menjelang perayaan Tahun Baru 2013, Senin (31/12/2012) malam.

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego mengatakan, wajar jika Joko Widodo alias Jokowi selalu menjadi "juara" dalam survei sejumlah lembaga. Terakhir, survei yang dilakukan Litbang Kompas menunjukkan bahwa Jokowi menempati urutan teratas sebagai kandidat capres dengan elektabilitas tertinggi, yaitu 32,5 persen. Angka ini naik 100 persen dari elektabilitas Jokowi saat disurvei pada Desember 2012 lalu, 17,7 persen.

"Popularitas dari seorang calon itu berdasarkan apa yang telah dilakukannya sekarang," kata Indria kepada Kompas.com, Senin (26/8/2013).

Menurutnya, selama menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak Oktober 2012, Jokowi membuat gebrakan dengan langkah-langkah nyata yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh kepala daerah lain. Keberhasilan Jokowi menertibkan PKL, membangun rusun, hingga membersihkan waduk, menurutnya, adalah kerja Jokowi yang sudah terbukti.

"Misalnya dalam menertibkan PKL, dia tidak hanya menghabisi kaki lima saja, tapi juga memberikan solusi kepada mereka," katanya.

Dengan keberhasilannya tersebut, menurutnya, warga menilai bahwa Jokowi-lah pemimpin yang mereka inginkan.

Hal serupa diungkapkan oleh pakar psikologi politik UI Hamdi Moloek, saat dihubungi terpisah. Hamdi mengatakan, hasil survei tersebut sangat masuk akal mengingat popularitas dan elektabilitas Jokowi yang semakin hari semakin naik. Popularitas dan elektabilitas, kata dia, menjadi kunci kemenangan Jokowi dalam berbagai survei. Ia dinilai mempunyai popularitas dan elektabilitas yang seimbang.

"Kalau popularitas saja banyak, Rhoma Irama itu populer sekali," kata Hamdi.

Menurut Hamdi, elektabilitas adalah persepsi publik bahwa seseorang pantas untuk dipilih menjadi presiden. Namun, sosok dengan elektabilitas tinggi dengan tingkat popularitas rendah tak akan dikenal.

"Jadi yang seimbang antara popularitas dan elektabilitas itu Jokowi," kata Hamdi.

Jokowi melesat

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan popularitas Joko Widodo (Jokowi) dibandingkan dengan sosok lainnya mengindikasikan kian menguatnya tuntutan masyarakat terhadap kehadiran generasi kepemimpinan politik nasional baru yang tidak bersifat artifisial. Kesimpulan demikian tampak dari dua hasil survei opini publik yang dilakukan secara berkala (longitudinal survey) terhadap 1.400 responden—calon pemilih dalam Pemilu 2014—yang terpilih secara acak di 33 provinsi.

KOMPAS Survei terbaru yang dilakukan Kompas menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 32,5 persen. Proporsi itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tingkat keterpilihannya pada Desember 2012.
Hasil survei menunjukkan, semakin besar proporsi calon pemilih yang jelas menyatakan pilihannya terhadap sosok pemimpin nasional yang mereka kehendaki. Sebaliknya, semakin kecil proporsi calon pemilih yang belum menyatakan pilihan dan semakin kecil pula proporsi calon pemilih yang enggan menjawab (menganggap rahasia) siapa sosok calon presiden yang ia harapkan memimpin negeri ini.

Besarnya proporsi pemilih yang sudah memiliki preferensi terhadap sosok calon presiden secara signifikan hanya bertumpu kepada lima nama: Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla. Pada survei terakhir (Juni 2013), lima sosok itu mampu menguasai dua pertiga responden. Sisanya (18,2 persen) tersebar pada 16 sosok calon presiden lainnya.

Dibandingkan dengan survei pada Desember 2012, ruang gerak penguasaan ke-16 sosok "papan bawah" popularitas ini relatif stagnan, yang menandakan kecilnya peluang lonjakan mobilitas setiap sosok ke papan atas (lihat grafik). Dari kelima sosok yang berada pada papan atas popularitas capres, kemunculan Jokowi sebagai generasi baru dalam panggung pencarian sosok pemimpin nasional menarik dicermati. Ia langsung menempati posisi teratas dengan selisih yang terpaut cukup jauh dengan keempat calon lain yang namanya sudah menasional selama ini.

Saat ini, tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 32,5 persen. Proporsi itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tingkat keterpilihannya pada Desember 2012. Di sisi lain, tingkat penolakan responden terhadap dirinya tampak minim dan semakin kecil. Dari seluruh responden, yang secara ekstrem tidak menghendaki dirinya menjadi presiden hanya di bawah 5 persen.

Sebaliknya, saat ini basis dukungan terhadap Jokowi makin luas. Ia makin diminati oleh beragam kalangan, baik dari sisi demografi, sosial ekonomi, maupun latar belakang politik pemilih. Dari sisi demografi, misalnya, dukungan dari kalangan beragam usia, jenis kelamin, ataupun domisili responden Jawa maupun luar Jawa bertumpu kepadanya.

Sosoknya juga populer tidak hanya bagi kalangan ekonomi bawah, tetapi juga kalangan menengah hingga atas. Ia pun diminati oleh beragam latar belakang pemilih partai politik, tidak hanya tersekat pada para simpatisan PDI Perjuangan, partai tempatnya bernaung. Bagi responden pendukungnya, paduan antara karakteristik persona yang dimiliki dan kompetensi yang ditunjukkan Jokowi selama ini menjadi alasan utama mereka menyandarkan pilihan. Ketulusan, kepolosan, dan kesederhanaan yang ditunjukkan Jokowi menjadi modal kepribadian yang memikat publik.

Sisi kepribadian tersebut berpadu dengan kompetensi yang ditunjukkan selama ini dalam langkah politiknya. Ia tidak bersifat elitis, gemar turun langsung memotret persoalan. Sebagai pemimpin lokal, ia produktif mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat dan mencoba konsisten menyelesaikan permasalahan. Paduan antara sosok kepribadian dan tindakannya yang dinilai publik tidak artifisial ini mendapatkan tempat yang tepat di saat bangsa tengah merindukannya.

Sunday, January 26, 2014

Hitler diklaim meninggal di Brasil pada 1984

Hitler diklaim meninggal di Brasil pada 1984
Reporter : Vincent Asido Panggabean | Minggu, 26 Januari 2014 16:12





Gambar ini diklaim membuktikan Hitler tinggal di kota kecil Nossa Senhora do Livramento bersama pacarnya Cutinga. dailymail.co.uk

Merdeka.com - Dia diyakini telah meninggal setelah menembak dirinya sendiri di sebuah bunker di Berlin, Jerman, pada 1945 ketika menyadari Jerman telah kalah dalam Perang Dunia II.

Tapi sebuah buku terbaru membuat klaim mengejutkan dengan menyatakan Adolf Hitler sebenarnya melarikan diri dari persembunyiannya dan meninggal dalam penyamaran pada 1984 di sebuah kota kecil di Brazil, di perbatasan dengan Bolivia, dan itu bisa dibuktikan dengan sebuah gambar, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Minggu (26/1).

Tidak hanya itu, penulis buku itu yakin sang Fuhrer melarikan diri ke Argentina dan Paraguay sebelum akhirnya menetap di Negara Bagian Mato Grosso, Brasil, untuk berburu harta karun, dengan sebuah peta diberikan oleh sekutu Vatikan.

Sebagai bagian dari taktik rumitnya untuk menghindari deteksi, Hitler juga dikatakan memiliki hubungan dengan seorang wanita kulit hitam disebut Cutinga, yang dimaksudkan untuk membuktikan bahwa dia juga bisa tidak menjadi seorang diktator yang membenci siapa saja bukan dari bangsa Arya.

Mahasiswa pascasarjana Simoni Renee Guerreiro Dias telah menguraikan teori anehnya, mengklaim Hitler benar-benar meninggal di umur 95 tahun.

Buku itu, dengan judul 'Hitler di Brasil - Kehidupan dan Kematiannya', menantang pandangan yang ada sebelumnya bahwa sang diktator menembak dirinya sendiri di dalam bunker di Berlin pada 30 April 1945.

Simoni mengklaim Hitler mungkin hidup sebagai Adolf Leipzig di kota kecil Nossa Senhora do Livramento, 30 kilometer dari Ibu Kota Mato Grosso, Cuiaba.

Simoni, seorang warga Brasil dari Cuiaba, mengatakan Leipzig dikenal warga lokal sebagai 'si Jerman Tua'.

Simoni saat ini berencana untuk melakukan tes DNA dari kerabat Hitler tinggal di Israel, setelah diberi izin untuk menggali kuburan Adolf Leipzig dari tempat peristirahatan terakhirnya di Nossa Senhora do Livramento.

Mahasiswa jurnalistik itu telah menghubungkan dugaan kedatangan Fuhrer ke daerah itu dengan tawaran dari Vatikan atas hak kepemilikan temuan harta karun Yesuit di sebuah gua di dekat rumah adopsinya.

Dia menunjukkan dalam bukunya itu bahwa Leipzig adalah tempat kelahiran komposer favorit Hitler, Bach.

Simoni mengatakan kecurigaan dirinya tentang Adolf Leipzig meningkat setelah dia melakukan rekayasa foto (photoshopped) sebuah kumis pada gambar kasar dia peroleh dan membandingkannya dengan foto-foto dari sang pemimpin Nazi itu.

Namun, akademisi di Brasil tidak mengakui teori Hitler hidup dan meninggal di Nossa Senhora do Livramento.

Candido Moreira Rodrigues, seorang profesor sejarah di Universitas Mato Grosso Federal mengatakan, 'Tidak ada yang baru dari orang yang mengklaim sebagai sejarawan muncul dengan teori-teori paling jauh jangkauannya tentang Hitler menyatakan dia tinggal di Amerika Selatan dan kemudian meninggal di salah satu negara di wilayah ini.'

Sebanyak 10 ribu Nazi melarikan diri setelah perang, termasuk tokoh terkenal seperti Adolf Eichmann dan Josef Mengele.

Para penyidik menyelidiki kematian Hitler terhambat oleh kurangnya bukti fisik atas kematiannya.

Kabar lain juga menyatakan bahwa Hitler tidak mati dalam bunker di Berlin ketika sebuah tes DNA pada 2009 terhadap fragmen tengkorak ditemukan di dekat bunker ternyata milik seorang wanita.

Rochus Misch, mantan pengawal Adolf Hitler, yang dikatakan sebagai orang terakhir yang melihat detik-detik terakhir sang Fuhrer di Jerman, meninggal September lalu di usianya ke-96 tahun.

Misch, yang hidup dengan Hitler dan gundiknya di dalam perlindungan bawah tanah mereka sebagaimana pasukan sekutu menutup bunker itu, mengatakan sebelum kematiannya dia melihat Hitler merosot dengan kepala di atas meja setelah mendengar tembakan dari balik pintu tertutup.

Saturday, January 25, 2014

Folding Door Penyekat Ruangan Hp 081256161720 / Ph 0251 4777182 (Bogor)

Folding Door Penyekat Ruangan
Contact Us : Hp 081256161720 / Ph 0251 4777182 (Bogor)

Silahkan kunjungi : http://indovitainterior.blogspot.com/