Saturday, December 15, 2012

Pelaku Penembakan di Sekolah AS Seorang Kutu Buku Saat sekolah, dia selalu dipaksa ibunya untuk belajar dengan keras.


Pelaku Penembakan di Sekolah AS Seorang Kutu Buku
Saat sekolah, dia selalu dipaksa ibunya untuk belajar dengan keras.

Minggu, 16 Desember 2012, 06:02Denny Armandhanu

Suasana usai penembakan di SD Sandy Hook, Connecticut (REUTERS/Michelle McLoughlin )(REUTERS/Michelle McLoughlin )

VIVAnews - Pelaku penembakan AS, Adam Lanza, dikenal oleh teman-temannya sebagai seorang kutu buku yang cerdas. Ibunya, diketahui sering memaksa dia belajar mati-matian untuk mencapai prestasi yang membanggakan.

Hal ini disampaikan oleh kawannya sewaktu masa sekolah dulu, Tim Arnone, kepada Reuters. Arnone mengatakan bahwa Adam adalah pemuda pemalu yang sangat cerdas.

Penampilannya saat SMA, kata Arnone, persis seperti seorang kutu buku yang tidak populer. Adam sering berpakaian sangat formal, dengan celana khaki dan kemeja yang dikancing hingga ke bawah.

Arnone pertama kali bertemu Adam di Sandy Hook, yang juga menjadi lokasi penembakan berdarah. Saat SMA, keduanya mengikuti program ekstrakurikuler audio-visual atau yang dikenal dengan nama Tech Club. Saat waktu senggang, keduanya sering main game di studio siaran SMA. "Jelas ini adalah klub paling aneh di sekolah. Kami menyebutnya Tech Club, kami punya ruangan sendiri," kata Arnone, 20.

Adam diduga mengidap gangguan kejiwaan dan tertutup. Dia membunuh ibunya, Nancy Lanza, di rumahnya. Dengan senjata api milik Nancy, Adam memberondong bocah SD, Sandy Hook. Di rumahnya ditemukan tiga senjata, terdiri dari dua pistol dan satu senapan serbu. Nancy yang berprofesi guru TK memang seorang kolektor senjata.

Belum diketahui apa motif di balik aksi sinting Adam yang menewaskan 28 orang itu, termasuk dirinya sendiri. Sebanyak 20 korban masih bocah berusia 5-10 tahun.

Arnone mengatakan, saat masih sekolah, Nancy kerap memaksa Adam untuk belajar mati-matian agar sukses secara akademis. "Dia (Nancy) sangat memaksanya untuk menjadi anak yang pintar dan bekerja keras di sekolah," kata Arnone.

Kawan masa kecil lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya menggambarkan Adam sebagai bocah pintar yang tidak punya banyak teman. Dia bertemu Adam di kegiatan pramuka. Adam saat itu adalah penggemar kebudayaan Jepang, mengumpulkan kartu Pokemon, dan gemar main Play Station.

"Dia adalah anak yang pendiam. Saya adalah temannya satu-satunya saat di SD. Namun, dia anak yang baik, sangat sopan," kata dia. (kd)